Alat Pendeteksi GeNose Bantu Pulihkan Mobilitas Masyarakat

GeNose (GrahaNusantara)

Alat screening COVID-19 buatan anak bangsa, GeNose C19, diharapkan bisa membantu memulihkan sektor pariwisata yang dihantam pandemi, dan mobilitas masyarakat pada umumnya.

Menteri Riset dan Teknologi/Kepala Badan Riset dan Inovasi Nasional (Menristek/Kepala BRIN) Bambang PS Brodjonegoro menyebutkan, pariwisata jadi salah satu sektor yang paling terpukul karena adanya pandemi COVID-19.

"Pariwisata punya dampak pengganda luar biasa karena punya keterkaitan dengan banyak sektor. Boleh dibilang hampir semua aspek perekonomian akan terpengaruh," kata Bambang saat peluncuran GeNose C19 di Hotel Raffles, Jakarta yang disiarkan secara virtual.

Karenanya, Bambang berharap penggunaan GeNose C19 di lingkungan Kemenparekraf dan kemudian semakin meluas, dapat mendorong kebangkitan kembali sektor pariwisata.

"Kita ingin sektor pariwisata menggunakan GeNose untuk menghidupkan lagi sektor pariwisata. Saya selalu mengatakan, tujuan GeNose adalah mencegah ada orang yang positif (COVID-19) di antara kita. Harapannya agar tidak terlalu khawatir karena sudah terseleksi sehingga pelan-pelan mulai timbul kepercayaan sehingga pariwisata kita bergerak lagi," ujarnya.

Dijelaskan Bambang, metode GeNose C19 masuk dalam kategori screening atau penyaringan COVID-19. Ia menegaskan, metode ini tidak mengganti swab test PCR yang memiliki fungsi mendiagnosis seseorang terjangkit COVID-19.

Bambang juga mengingatkan agar masyarakat tetap menjaga protokol kesehatan karena bagaimanapun, proses vaksinasi untuk mencapai kekebalan kawanan (herd immunity) masih perlu proses. Dalam situasi ini, GeNose paling tidak dapat membantu mendukung kegiatan yang harus dilakukan secara fisik agar lebih lancar dan mengurangi kekhawatiran.

"Semoga lebih banyak pihak, dari luar negeri juga bisa melihat bagaimana GeNose ini bisa bermanfaat. Betapa powerful-nya potensi GeNose ini dalam memulihkan tak hanya pariwisata, tetapi juga mobilitas masyarakat secara umum. Harapannya GeNose bisa membantu memulai upaya pemulihan mobilitas dan ekonomi," ujar Bambang.

GeNoSe C19 yang dikembangkan Universitas Gadjah Mada (UGM) bekerja mendeteksi paparan virus Corona pada seseorang melalui embusan napas. Alat ini telah mendapat izin edar dari Kementerian Kesehatan Nomor Kemenkes RI AKD 20401022883. Akurasi alat tersebut memiliki sensitivitas 92% dan spesifisitas 95%.

"Tim UGM merancang uji klinis dengan sampel 2.000-an orang. Partisipan yang dibandingkan itu diminta melakukan swab PCR dan tes embusan napas. Ternyata dari uji tahap pertama didapatkan tingkat akurasi 95%-97%. Dengan dasar itulah mereka medapatkan izin edar dari Kemenkes," jelas Bambang.

GeNoSe C19 yang dikembangkan Universitas Gadjah Mada (UGM) bekerja mendeteksi paparan virus Corona pada seseorang melalui embusan napas. Alat ini telah mendapat izin edar dari Kementerian Kesehatan Nomor Kemenkes RI AKD 20401022883. Akurasi alat tersebut memiliki sensitivitas 92% dan spesifisitas 95%.

"Tim UGM merancang uji klinis dengan sampel 2.000-an orang. Partisipan yang dibandingkan itu diminta melakukan swab PCR dan tes embusan napas. Ternyata dari uji tahap pertama didapatkan tingkat akurasi 95%-97%. Dengan dasar itulah mereka medapatkan izin edar dari Kemenkes," jelas Bambang.

GeNose C19 juga diklaim Bambang tak memakan waktu lama saat mendeteksi keberadaan penyakit dalam tubuh seseorang. Dalam waktu kurang dari lima menit, hasil sudah bisa diperoleh.

"Karakteristik kenapa GeNose cocok untuk screening karena mudah hanya embuskan napas, nyaman tidak perlu dicolok, waktunya cepat langsung keluar hasil, harganya juga sangat terjangkau. Di stasiun itu Rp 20-25 ribu per penumpang yang tes," tutupnya.

Tidak ada komentar untuk "Alat Pendeteksi GeNose Bantu Pulihkan Mobilitas Masyarakat"