Clubhouse Tingkatkan Keamanan Untuk Menghindar dari Mata-Mata China

Ilustrasi (BBC/AP)

Clubhouse meningkatkan keamanan layanannya dan berupaya meredakan kekhawatiran dari para kritikus, setelah diketahui bahwa pemerintah China berpotensi memantau percakapan di Clubhouse.

Sebelumnya, Stanford Internet Observatory (SIO) menyebutkan, infrastruktur Clubhouse disediakan oleh Agora, perusahaan software real-time engagement asal China. Selain itu, nomor ID Clubhouse dan chatroom ID ditransmisikan dalam teks biasa (plaintext) yang berpotensi membuat pengguna dapat dilacak.

Laporan ini juga menyebutkan, Agora berpotensi dapat mengakses file audio mentah milik pengguna. Hasil pemantauan pada aplikasi Clubhouse menemukan adanya kejadian di mana metadata chatroom diteruskan ke server yang tampaknya dihosting di China, sementara file audio dialihkan melalui server yang dikelola oleh entitas asal China.

"Kedua masalah keamanan ini relatif mudah untuk dieksploitasi dan menimbulkan risiko keamanan langsung bagi jutaan pengguna Clubhouse, terutama yang ada di China," tulis SIO dalam postingan blognya.

Merespons hal ini, seperti dikutip dari Apple Insider, Clubhouse mengatakan pihaknya sangat berkomitmen terhadap perlindungan data dan privasi pengguna.

"Selama 72 jam ke depan, kami merilis perubahan untuk menambahkan enkripsi dan pemblokiran tambahan untuk mencegah klien Clubhouse mengirimkan ping ke server di China. Kami juga berencana melibatkan firma keamanan data eksternal untuk meninjau dan validasi perubahan ini," kata Clubhouse.

Di China, awalnya, aplikasi ini tidak tersedia di China karena ketatnya aturan terkait kontrol internet dan privasi data di sana. Namun beberapa pengguna menemukan jalan tikus untuk mendownload dan menggunakan aplikasi ini.

Namun kemudian, aplikasi audio chat ini tiba-tiba diblokir pada Senin malam. Sebelum diblokir, Clubhouse digunakan netizen China untuk mendiskusikan berbagai topik politik yang sensitif.

Tidak ada komentar untuk "Clubhouse Tingkatkan Keamanan Untuk Menghindar dari Mata-Mata China"